9 Mitos dan Fakta yang Umum tentang Tinitus

tinnitus
tinnitus

Jika Anda adalah salah satu dari jutaan orang di dunia yang mengidap tinnitus, Anda mungkin merasakan bahwa tinnitus berdampak pada segala hal mulai dari pekerjaan, keluarga dan kehidupan sosial Anda. Telinga yang berdenging terus-menerus dapat menyebabkan sakit kepala, Lelah dan juga stres dan depresi
Tinnitus adalah masalah pendengaran yang terkait dengan persepsi suara ketika tidak ada suara yang sebenarnya. Bagi banyak orang, tinnitus ditandai dengan telinga berdenging, tetapi bisa juga terdengar seperti siulan, dengung, atau desisan.

Menurut American Tinnitus Association, penderita tinnitus jumlahnya sudah mencapai jutaan. Dan dengan banyaknya orang yang menderita tinnitus, kemampuan membedakan sesuatu yang fakta dan mitos pun menjadi semakin penting.

“Mitos dan Fakta Tentang Tinnitus”

Mitos 1: Tinnitus adalah suatu penyakit

Fakta : Tinnitus bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala yang disebabkan oleh sejumlah penyebab medis yang mendasarinya. Kebisingan, kerusakan pada saraf, penyakit pembuluh darah, atau bahkan cedera otak hanyalah beberapa contoh masalah kesehatan yang dapat menyebabkan tinnitus. Tinnitus (dan gangguan pendengaran juga dapat berkembang sebagai reaksi terhadap obat-obatan tertentu. Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan tinnitus, namun ada beberapa terapi yang tersedia untuk mengurangi gejala dan membuat penderita tinnitus lebih mudah beradaptasi.

Mitos 2: Saya cukup mengubah pola makan dan tinnitus saya akan hilang

Fakta : Meskipun beberapa orang merasa bahwa bahan tambahan dan makanan tertentu seperti alkohol, natrium, dan kafein dapat memperberat tinnitus, namun biasanya hal-hal tersebut bukanlah penyebab utamanya. Secara umum, mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang sangatlah penting untuk kesehatan keseluruhan. Namun, kenyataanya tinnitus perlu ditangani secara terpisah.
Memang benar, strategi penanganan tinnitus dapat mencakup perubahan pola makan dan gaya hidup, namun hal ini saja tidak akan “menyembuhkan” tinnitus. Anda membutuhkan terapi tambahan. Walaupun begitu, bagi beberapa penderita penyakit Meniere, mengontrol asupan garam dapat membantu mengurangi intensitas tinnitus.

Mitos 3: Hanya mereka yang mengalami gangguan pendengaran yang mengalami tinnitus

Fakta : Ya, mereka yang mengalami gangguan pendengaran juga bisa terkena tinnitus, dan sering kali hal ini berkaitan. Namun tinnitus juga bisa terjadi tanpa mengalami gangguan pendengaran. Jika Anda terpapar suara yang sangat keras, seperti music saat konser atau suara ledakan, Anda mungkin mengalami telinga berdenging untuk sementara. Kondisi medis tertentu atau penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan tinnitus walaupun tidak ada gejala gangguan pendengaran.
Karenanya, sekalipun Anda tidak merasa mengalami gangguan pendengaran, tetap ada baiknya Anda memeriksakan diri ke hearing center jika Anda merasakan telinga berdenging yang mengganggu.

Mitos 4: Alat bantu dengar tidak akan membantu mengatasi tinnitus

Fakta: Kenyataanya adalah alat bantu dengar dapat memperbaiki gangguan pendengaran dan seringkali dapat mengatasi gejala tinnitus pada saat yang bersamaan. Perkembangan baru dalam teknologi alat bantu dengar dapat mengatasi gangguan pendengaran dan gejala tinnitus dengan meningkatkan suara kebisingan eksternal, sehingga menutupi suara internal tinnitus.

Kemajuan dalam terapi suara telah mengalami kemajuan pesat, misalnya. Cara lain untuk mengatasi gejala tinnitus adalah dengan meditasi, teknik manajemen stres, dan perubahan pola makan serta olahraga. Temui tenaga ahli pendengaran profesional yang memiliki pengelaman dalam terapi tinnitus untuk membicarakan pilihan terapi yang sesuai dengan Anda.

Mitos 5: Saya tidak dapat melakukan apa pun untuk mengatasi tinnitus

Fakta : Baik tinnitus ringan, sedang, atau berat, ahli kesehatan pendengaran dapat menawarkan solusi dan perawatan untuk membantu mengurangi gejala dan membuat kondisi Anda lebih mudah ditangani. Selain itu, tenaga ahli kesehatan dapat mendiagnosis dan mengatasi masalah kesehatan yang mungkin menyebabkan tinnitus. Anda juga akan dibekali banyak teknik terapi tinnitus untuk di rumah, seperti teknik pembiasaan, yang membuat Anda lebih nyaman dan menganggap bahwa suara tersebut bagian dari diri Anda.

Mitos 6: Tinnitus hanya terjadi karena mendengarkan musik keras atau sering menggunakan earbud

Fakta : Meskipun mendengarkan musik dengan suara keras sangat berbahaya, atau kebisingan berlebihan lainnya, dapat menyebabkan tinnitus, ada banyak penyebab yang berbeda. Orang-orang dari berbagai usia, ras, status kesehatan, dan latar belakang sosial ekonomi juga banyak yang menderita tinnitus, dan seringkali tidak ada alasan yang jelas. Dengan kata lain, hanya karena Anda tidak mendengarkan musik keras atau menggunakan earbud bukan berarti Anda kebal terhadap tinnitus.

Mitos 7: Tinnitus tidak berbahaya

Fakta : Meskipun tinnitus bisa bersifat “jinak”, tidak ada keraguan bahwa tinnitus memiliki komplikasi emosional yang memerlukan pengobatan. Bagi sebagian orang, ini juga bisa menandakan masalah medis yang serius, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau neuroma akustik. Inilah sebabnya mengapa Anda tidak boleh mengabaikan telinga berdenging.

Mitos 8: Tinnitus pada pasangan saya bukanlah masalah besar

Fakta : Bagi penderita tinnitus yang gejalanya berat atau kronis, hal ini tentu dapat memengaruhi kualitas hidup mereka, dan membuat mereka lebih sulit berhubungan dengan orang-orang di sekitar mereka. Beberapa orang mungkin bisa saja berpikir pikiran untuk bunuh diri ketika mereka menderita tinnitus. Untungnya, ada cara khusus untuk mendukung orang yang Anda cintai yang menderita tinnitus.

Mitos 9: Tinnitus hanya ada di khayalan Anda

Fakta : Hanya karena orang lain tidak dapat “melihat” tinnitus Anda, dan tidak ada hasil tes yang menunjukkan adanya tinnitus, bukan berarti tinnitus tersebut tidak nyata. Jutaan orang di seluruh dunia telah menderita tinnitus